Minggu, 23 Agustus 2015

Flashfiction Pembunuh Berantai

Tulisan berikut pernah ku-share di grup BAW. Meski masih dalam ingatan, tapi untuk kesekian kali kutuliskan kembali. Jadi beda feel-nya? Memang ada penyempurnaan bahasa, namun yang paling awal keluar dari pemikiran… rasanya… lebih dalem, kayaknya? Entahlah…

Mari mengenang kembali!



0)))o((((0


Pisau telah terasah tajam. Mental pembunuh pun telah kulekatkan. Akan kubuktikan kalau aku bukan orang yang lemah hati. Dan Aku bukan Penakut! Kalian dengar?!

Ughft, baru korban pertama saja sudah mulai berbuat ulah. Owh, yang masih menunggu giliran melingkar-lingkar seolah bersorak bersama-sama mempersembahkan tarian ejekan atas kebodohanku. Awas kalian!

Kalaupun lepas dari goresan pisauku, di bawah sana sudah bersiap makhluk bertaring, berkuku tajam, serta mata berkilat geram menunggu kesempatan. Ho.. ho.. tak segan memakan kalian mentah-mentah! Tau rasa!

Bukan maksud menyiksa, tapi kalian benar-benar memaksaku untuk bertindak kejam. Darah telah tercecer dimana-mana namun ketahanan kalian luar biasa! Kagum sekaligus sebal membaur. Berapa lama lagi kuhabiskan untuk membereskan kalian semua? Kata orang, kepala kalian sangat berharga diusahakan jangan sampai cedera. Kenyataan membuatku bertindak lain kali ini dan aku tak peduli yang penting kalian harus mati! Aha.. benturkan saja seperti yang dilakukan Simbah di kampung! Cuma bedanya, Simbah memakai gagang cangkul dan kucoba dengan pinggiran tembok tempat kompor diletakkan. Yakin bisa memecahkan kepala korbanku berikut ini.. Satu.. Dua.. Tiga..! Dengan kekuatan penuh kuayunkan… tapi? Oughft! Sigapnya ia berkelit? Duh, tanganku? Ini benar-benar sudah keterlaluan!



Dalam kegelisahan, melirik sekilas ke Ibu. Dengan gerakan cepat, beliau memutilasi para korbannya. Tak ada pilihan lain! Akhirnya, aku melakukan dengan cara yang sama. Tubuh yang telah terpotong-potong itu pun masih melakukan gerakan yang membuatku makin muak. Huh! Sungguh, tidak bisa dimaafkan kalau semua ini tidak terselesaikan bagaimanapun caranya! Waktu dan tenaga telah kukorbankan! Demi TUHAN, Kalian memang harus dibunuh! Binasalah kalian!!!

H A R U S ! ! !

***





*NB:

Pengalaman nggak enak dengan belut hidup. Beneran, mending beli yang sudah digoreng atau kripiknya aja! Berhubung, awal2 divonis mata minus dan memakai kacamata dimana belut diyakini banyak mengandung vitamin A terutama di bagian kepalanya. Lain kali kalau memang memilih yang masih hidup dan segar, dijenu[: dibuat mabuk dengan jamu yang rasanya pait, biasanya batang brotowali. Cukup mencelupkan batang brotowali ke airnya] atau membalurkan garam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar