Tulisan berikut pernah ku-share di grup BAW. Meski masih dalam ingatan, tapi untuk kesekian kali kutuliskan kembali. Jadi beda feel-nya? Memang ada penyempurnaan bahasa, namun yang paling awal keluar dari pemikiran… rasanya… lebih dalem, kayaknya? Entahlah…
Mari mengenang kembali!
Pisau telah terasah tajam. Mental pembunuh pun telah kulekatkan. Akan kubuktikan kalau aku bukan orang yang lemah hati. Dan Aku bukan Penakut! Kalian dengar?!
Ughft, baru korban pertama saja sudah mulai berbuat ulah. Owh, yang masih menunggu giliran melingkar-lingkar seolah bersorak bersama-sama mempersembahkan tarian ejekan atas kebodohanku. Awas kalian!
Bukan maksud menyiksa, tapi kalian benar-benar memaksaku untuk bertindak kejam. Darah telah tercecer dimana-mana namun ketahanan kalian luar biasa! Kagum sekaligus sebal membaur. Berapa lama lagi kuhabiskan untuk membereskan kalian semua? Kata orang, kepala kalian sangat berharga diusahakan jangan sampai cedera. Kenyataan membuatku bertindak lain kali ini dan aku tak peduli yang penting kalian harus mati! Aha.. benturkan saja seperti yang dilakukan Simbah di kampung! Cuma bedanya, Simbah memakai gagang cangkul dan kucoba dengan pinggiran tembok tempat kompor diletakkan. Yakin bisa memecahkan kepala korbanku berikut ini.. Satu.. Dua.. Tiga..! Dengan kekuatan penuh kuayunkan… tapi? Oughft! Sigapnya ia berkelit? Duh, tanganku? Ini benar-benar sudah keterlaluan!
Dalam kegelisahan, melirik sekilas ke Ibu. Dengan gerakan cepat, beliau memutilasi para korbannya. Tak ada pilihan lain! Akhirnya, aku melakukan dengan cara yang sama. Tubuh yang telah terpotong-potong itu pun masih melakukan gerakan yang membuatku makin muak. Huh! Sungguh, tidak bisa dimaafkan kalau semua ini tidak terselesaikan bagaimanapun caranya! Waktu dan tenaga telah kukorbankan! Demi TUHAN, Kalian memang harus dibunuh! Binasalah kalian!!!
H A R U S ! ! !
Mari mengenang kembali!
0)))o((((0
Pisau telah terasah tajam. Mental pembunuh pun telah kulekatkan. Akan kubuktikan kalau aku bukan orang yang lemah hati. Dan Aku bukan Penakut! Kalian dengar?!
Ughft, baru korban pertama saja sudah mulai berbuat ulah. Owh, yang masih menunggu giliran melingkar-lingkar seolah bersorak bersama-sama mempersembahkan tarian ejekan atas kebodohanku. Awas kalian!
Kalaupun
lepas dari goresan pisauku, di bawah sana sudah bersiap makhluk
bertaring, berkuku tajam, serta mata berkilat geram menunggu
kesempatan. Ho.. ho.. tak segan memakan kalian mentah-mentah! Tau rasa!
Bukan maksud menyiksa, tapi kalian benar-benar memaksaku untuk bertindak kejam. Darah telah tercecer dimana-mana namun ketahanan kalian luar biasa! Kagum sekaligus sebal membaur. Berapa lama lagi kuhabiskan untuk membereskan kalian semua? Kata orang, kepala kalian sangat berharga diusahakan jangan sampai cedera. Kenyataan membuatku bertindak lain kali ini dan aku tak peduli yang penting kalian harus mati! Aha.. benturkan saja seperti yang dilakukan Simbah di kampung! Cuma bedanya, Simbah memakai gagang cangkul dan kucoba dengan pinggiran tembok tempat kompor diletakkan. Yakin bisa memecahkan kepala korbanku berikut ini.. Satu.. Dua.. Tiga..! Dengan kekuatan penuh kuayunkan… tapi? Oughft! Sigapnya ia berkelit? Duh, tanganku? Ini benar-benar sudah keterlaluan!
Dalam kegelisahan, melirik sekilas ke Ibu. Dengan gerakan cepat, beliau memutilasi para korbannya. Tak ada pilihan lain! Akhirnya, aku melakukan dengan cara yang sama. Tubuh yang telah terpotong-potong itu pun masih melakukan gerakan yang membuatku makin muak. Huh! Sungguh, tidak bisa dimaafkan kalau semua ini tidak terselesaikan bagaimanapun caranya! Waktu dan tenaga telah kukorbankan! Demi TUHAN, Kalian memang harus dibunuh! Binasalah kalian!!!
H A R U S ! ! !
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar