Minggu, 23 Agustus 2015

Mun Dan San

Flashfiction yang kutulis untuk mendapat hadiah buku. Belum berjodoh! Tapi aku suka kisah ini ^_^



Sebenarnya kamu ingin suasana terang benderang atau gelap pekat? San bertanya penuh tekanan pada Tirta. Sedang yang ditanya riuh sendiri, selanjutnya diam tenang tanpa menghiraukannya.
Mereka dibutuhkan untuk memberikan kesejukan, Sang Bayu lewat dengan kata-kata yang mesti dicerap maknanya. Semisterius kehadirannya yang tiba-tiba namun entah dimana sosoknya.

San meradang karenanya, seolah semua bersembunyi demi menutupi pandangan darinya.
Yakinlah bahwa semua tidak mengharapkan kehadirannya namun sesuatu yang membuatnya bertahan. Cinta baginya adalah ketaatan. Sedikit kelegaan mendengar kidung anak-anak Bumi untuknya. Menyirai  kasih bunda  dalam syair sederhana namun begitu akrab di telinga.

Ternyata, Mun di saat yang berbeda merasakan hal yang sama. Berbalik seratus delapan puluh derajat pada keadaan bersamanya yang hitam kelam. Serasa semua menatap takjub, memujinya dan menanti kemunculannya. Mungkin pula dongeng pendekar wanita bersama Pangeran Bertopeng takkan pernah tercetus tanpa keberadaannya. Hanya lautan yang gelisah dengan daya tariknya. Kumpulan air itu sering meruah.

Sesuatu yang membuatnya bertahan. Cinta baginya adalah ketaatan.
Mereka berdua tak mungkin menautkan rasa bersama. Manzilah mereka berbeda. Bukannya rindu saat pertemuan itu tiba. Bukan! Hanya seutas  harapan, semua yang mensyukuri keberadaan mereka  apa adanya. selamat!.

***

 *note:
Bahwa
Novel Islami itu penuh hikmah dan mengingatkan kita pada ayat-ayat ALLAH baik dalam bentuk bacaan [kitab Al Qur’an] maupun berupa alam semesta beserta isinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar